Kenangan yang Abadi

Oleh: Rizqi Nurbeta

Ketika jarum jam menunjuk angka 10, kesunyian malam terasa kental menyebar. Seakan mengajak mata untuk segera terpejam, namun ada kegelisahan dalam hatiku, terasa sangat tidak nyaman dan mengganggu.

Aku teringat akan masa yang telah lalu. Masa-masa aku menjalani keseharian dan peristiwa yang selalu membayang di dalam anganku. Saat itu aku aku baru lulus SD, tepatnya tahun 2006. Aku langsung mendaftarkan diri ke SMPN 2 Talun, sebuah SMP yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Terletak di Selatan desa Sengare, berbataskan perkebunan teh Jolotigo kecamatan Talun.

Pertama kali aku masuk ke SMPN 2 Talun, rasa sedih merasuk ke dalam hatiku, karena mendapati fasilitas sekolah yang belum selengkap yang aku bayangkan. Sekolahku jauh dari kata mewah sebagaimana sekolah-sekolah favorit yang ada di kota besar. Namun justru sekolah inilah yang akan menjadi “pahlawan pendidikan” bagi anak desa sepertiku. Sekolah yang akan memberi spirit belajar bagi siswanya.

Setelah tiga hari masa orientasi siswa (mos) berlalu, aku mulai memiliki banyak teman yang baru. Mulai mengenal Bapak/Ibu Guru yang amat berjasa dalam perkembangan dunia  pendidikan  di  daerah ini. Aku  pun  segera   menjadi keluarga besar SMPN 2 Talun tercinta. Hari-hari di kelas VII terasa sangat menyenangkan, karena inilah pengalaman pertamaku menjadi anak SMP. Walaupun fasilitas belum lengkap tidaklah mengurangi semangatku. Terlintas di pikiranku keinginan sederhana. Aku ingin memperkenalkan lebih jauh SMPN 2 Talun, biar menjadi sekolah yang disegani orang.

Waktu terus berjalan. Tidak terasa aku telah naik ke kelas VIII. Setiap hari, tanpa bosan aku berangkat, menjalani rutinitas sehari-ahri di SMPN 2 Talun. Berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki, naik turun bukit, melewati perkebunan teh dengan jalan berbatu, terjal bercampur tanah. Bila musim penghujan tiba, sedih rasanya karena aku harus berangkat menggunakan sandal menenteng tas dan sepatu, melewati jalan becek dan licin. Ada kalanya terpeleset dan jatuh.

Namun semua itu belum seberapa bila kuingat semangat Bapak/Ibu Guru yang secara ikhlas harus berangkat pagi dengan jarak yang jauh, tanpa terucap keluh kesah, melainkan selalu tersenyum gembira.

Kini aku sudah kelas IX. Hampir berakhir masa-masa indah di sekolah. Mungkin tidak akan ada lagi tebak-tebakan lucu di kelas, tidak akan ada lagi denting gitar dari pemainnya yang narsis saat istirahat, tidak akan ada lagi gurau tawa bersama teman-teman yang aku sayangi. Bila ingat semua, ingin rasanya kembali mengulangi.

Namun hari-hari berlalu kian cepat. Sebentar lagi aku dan semua akan berpisah. Berpisah dengan teman-teman dan Bapak/Ibu Guru yang kusayangi. Teman dan orang tua yang menjadi penerang dalam gelap hidupku, penghibur dalam duka, dan senantiasa memberikan kenangan terindah untuk diabadikan dalam ingatan.

Semua kini berlalu seiring waktu. Lewat tulisan ini aku mohon dimaafkan atas segala kesalahan. Semoga semua menjadi kenangan indah dan abadi.

Rizqi Nurbeta, Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Tingkat SMP/MTs Kab Pekalongan (2008)

2 Tanggapan

  1. Kok daerahe kayak di SMP ku ya mas, terusken berjuang, semoga berhasil mendunia, meski hanya lewat rumay. 🙄

  2. Tuhan berkenan meninggikan dan Ia juga berkenan menjatuhkan. Ia meninggikan orang yang dikenannya dan menjatuhkan orang yang tidak dikenannya. jadikanlah SMPN 2 Talun berkenan dihadapan Tuhan supaya ditinggikan. Meskipun berdomisili di pelosok nan jauh disana, tetapi Tuhan mampu menjadikan SMPN 2 Talun dikenal karena loyalitas, kredibelitas dan kualitasnya. Lakukanlah tugas sebagi pendidik dengan penuh ddikasi dan kesungguhan, niscaya Tuhan memberkatinya. OK?????

Tinggalkan komentar